Senin, 02 Desember 2013

Sakramen Imamat

Salah satu sifat gereja adalah apostolik dimana gereja itu harus menunjukkan (menampakkan) ciri-ciri rasuli (lih Ef 2:20) karena dibangun diatas para Rasul dengan Kristus sebagai batu Penjurunya, tentu pula dengan Petrus sebagai kepada dewan para rasul seperti yang Yesus sendiri kehendaki (bdk Mat 16:18-22;Yoh 21:15; Kis 2:14; dll). Konsekuensi dari gereja yang mempertahankan sifat gereja yang Apostolik adalah mempunyai suksesi apostolik, dengan adanya suksesi Apostolik maka kedudukan para rasul dan Petrus sebagai kepala dewan para rasul dapat tergantikan, dengan demikian kelangsungan Gereja dapat terjamin sesuai kehendak Yesus sendiri kepada Gerejanya (bdk Mat 28:20). Suksesi apostolik dalam Gereja perdana bisa kita lihat pada misalnya penggantian Yudas Iskariot oleh Matias (Kis 1), Pengangkatan beberapa Pelayan dalam jemaat, dll. caranya itu dilakukan dengan penumpangan tangan (bdk Kis 6:6;Itim 5:22, dll) dan fungsinya adalah menggantikan kedudukan para rasul (bdk Kis 14:23).
Suksesi Apostolik dipertahankan oleh Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks, kita percaya bahwa meskipun alkitab tidak secara tegas menyatakan tentang suksesi Apostolik, tetapi alkitab memberikan gambaran tentang hal itu dan juga Tradisi Suci juga menegaskan hal yang sama [penjelasan tentang Tradisi suci lihat artikel Apakah hanya Alkitab dasar iman Kita?]. Gereja yang mempertahankan suksesi Apostolik, memiliki ciri-ciri antara lain memiliki kesatuan dalam hal iman, ajaran, tata ibadat, hirarki, dll dimanapun komunitas itu berada, dimana Gereja sekarang sama seperti Gereja para rasul, dimana para jemaat bertekun dalam pengajaran para rasul (lih Kis 2:42). Dimana Gereja yang sekarang sama seperti Gereja pada masa Bapa-Bapa Gereja dan akan tetap sama sampai kepada akhir jaman. Pembahasan mengenai suksesi Apostolik berkaitan erat dengan sakramen Imamat, karena dengan adanya Sakramen ini maka dimungkinkan adanya Suksesi Apostolik dan dengan menerima sakramen Imamat dari mereka yang memiliki Suksesi apostolik yang sah maka penerima akan turut ambil bagian dalam Imamat Kristus (secara khusus) sebagai Imam, karena hal inilah Gereja percaya bahwa Tahbisan Suci itu benar-benar merupakan suatu Sakramen.

Sakramen Tahbisan diberikan oleh Uskup kepada mereka yang telah mendapat tahbisan diakon. Sakramen ini mendapat tempat dalam kitab suci sebagai contoh kita dapat lihat di Kis 14:23 "Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka" juga pada Kis 20:17,28. kemudian bila kita perhatikan dalam 1Kor 12:28 "Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar." Jadi disini jelas bahwa dalam Gereja ada pembedaan fungsi dan peran yang masing-masing memiliki jenjang tersendiri. Pentahbisan para pelayan gereja ini juga ditunjukkan dengan penumpangan tangan untuk jelasnya lihat Kis 6:6, Kis 13:3. disini jelaslah bahwa sakramen imamat memiliki dasar kitab suci dan sakramen imamat akan lebih jelas lagi bila Tradisi Suci yang menjelaskannya. berikut komentar Teolog Besar Gereja Katolik "Kristus adalah sumber setiap imamat; karena imam hukum [lama] citranya. Tetapi imam Perjanjian Baru bertindak atas nama Kristus"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar